Seorang ilmuwan mengajak sekelompok peneliti muda di sebuah ekspedisi
padang gurun untuk mempelajari berbagai jenis kaktus. Namun misi mereka bermasalah ketika kendaraan
mereka mogok di tengah padang gurun tandus yang sangat luas. Sang ilmuwan yang memimpin ekspedisi itu sudah
terbiasa dengan keadaan seperti itu dan yakin mereka bisa kembali ke pedesaan
terdekat. Tapi sayangnya, setelah dua hari berjalan mereka semakin tersesat. Disisi
lain persediaan air semakin menipis, dan rasa putus asa mulai muncul diantara
orang-orang yang terbakar matahari gurun. Sementara itu dehidrasi meyakinkan
mereka akan
kematian yang sudah di depan mata.
Tiba-tiba salah seorang peneliti berteriak, "Disana ada sebuah oase!" Sorak-sorai dan teriakan kegembiraan terdengar, namun Sang Ilmuwan yang memimpin berkata sedih: "Saya minta maaf mengatakan ini," katanya sambil jatuh ke pasir, " apa yang kalian lihat hanyalah fatamorgana." Para peneliti muda itu menolak untuk percaya. Mereka mengambil tempat air dan berlari ke arah oase yang berkilauan di kejauhan, dengan berharap bahwa apa yang mereka lihat adalah nyata.
Setelah mereka cukup dekat untuk melihat dengan jelas ditempat itu, pohon-pohon palem kokoh menaungi kilauan oase layaknya kolam air yang menyegarkan. Mereka minum dengan puas dan setelah mengisi tempat air, mereka kembali untuk melaporkan hal itu kepada Sang ilmuwan. Namun kegembiraan mereka berubah menjadi kesedihan ketika mereka menemukan tubuhnya, lemas dan tak bernyawa, tergeletak di tempat di mana ia telah terjatuh.
Kehendak Allah sering seperti itu oase di padang gurun, itu memberi harapan dan alasan untuk tetap menjalani kehidupan. Dalam banyak kasus kehendak Allah bukanlah sebuah misteri yang jauh diawan-awan, tapi sesuatu dalam jangkauan pandangan kita dan sesuatu yang dapat diakses. Namun yang tepat di depan wajah kita, seringkali adalah hal yang paling mudah diabaikan, dan kehendak Allah mungkin begitu jelas sampai-sampai kita berpikir bahwa hal itu harusnya terlihat sulit ditemukan.
Pernahkah anda memperhatikan bahwa ketika seseorang pertama kali percaya Yesus, tampaknya mudah mendengar suara Tuhan dan merasakan pimpinanNya? Lalu dengan seiring waktu kita lebih “dewasa rohani” dan kita mulai membuat hal-hal simple menjadi rumit dan akhirnya kita terjebak dalam kebingungan yang kita ciptakan sendiri. Para ilmuwan dalam cerita saya diatas meninggal karena dia menganggap bahwa oase di kejauhan itu terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. Ia dididik dan banyak pengalaman. Dia tahu bahwa fatamorgana adalah fenomena umum di padang pasir. Tapi pengetahuan dan pengalamannya mencegah dia mengakui fakta yang benar di depannya.
Tiba-tiba salah seorang peneliti berteriak, "Disana ada sebuah oase!" Sorak-sorai dan teriakan kegembiraan terdengar, namun Sang Ilmuwan yang memimpin berkata sedih: "Saya minta maaf mengatakan ini," katanya sambil jatuh ke pasir, " apa yang kalian lihat hanyalah fatamorgana." Para peneliti muda itu menolak untuk percaya. Mereka mengambil tempat air dan berlari ke arah oase yang berkilauan di kejauhan, dengan berharap bahwa apa yang mereka lihat adalah nyata.
Setelah mereka cukup dekat untuk melihat dengan jelas ditempat itu, pohon-pohon palem kokoh menaungi kilauan oase layaknya kolam air yang menyegarkan. Mereka minum dengan puas dan setelah mengisi tempat air, mereka kembali untuk melaporkan hal itu kepada Sang ilmuwan. Namun kegembiraan mereka berubah menjadi kesedihan ketika mereka menemukan tubuhnya, lemas dan tak bernyawa, tergeletak di tempat di mana ia telah terjatuh.
Kehendak Allah sering seperti itu oase di padang gurun, itu memberi harapan dan alasan untuk tetap menjalani kehidupan. Dalam banyak kasus kehendak Allah bukanlah sebuah misteri yang jauh diawan-awan, tapi sesuatu dalam jangkauan pandangan kita dan sesuatu yang dapat diakses. Namun yang tepat di depan wajah kita, seringkali adalah hal yang paling mudah diabaikan, dan kehendak Allah mungkin begitu jelas sampai-sampai kita berpikir bahwa hal itu harusnya terlihat sulit ditemukan.
Pernahkah anda memperhatikan bahwa ketika seseorang pertama kali percaya Yesus, tampaknya mudah mendengar suara Tuhan dan merasakan pimpinanNya? Lalu dengan seiring waktu kita lebih “dewasa rohani” dan kita mulai membuat hal-hal simple menjadi rumit dan akhirnya kita terjebak dalam kebingungan yang kita ciptakan sendiri. Para ilmuwan dalam cerita saya diatas meninggal karena dia menganggap bahwa oase di kejauhan itu terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. Ia dididik dan banyak pengalaman. Dia tahu bahwa fatamorgana adalah fenomena umum di padang pasir. Tapi pengetahuan dan pengalamannya mencegah dia mengakui fakta yang benar di depannya.
Pernahkah anda mendengar khotbah
tentang kehendak Tuhan, lalu setelah itu anda merasa berkecil hati dan lebih bingung
daripada sebelumnya? Apakah anda telah diajar untuk percaya kepada nabi Tuhan
jika ingin mengetahui apa yang Tuhan katakan? Apakah tampaknya seolah-olah semakin anda mencari,
semakin sulit
anda
temukan?
Mungkin hal yang paling berharga yang dapat Anda pelajari adalah bahwa sekarang
saatnya anda perlu melupakan banyak hal yang telah anda pelajari. Hal-hal
yang membawa kebingungan dan analisis perlu dihapus dari pemahaman anda. Mulailah
dengan sederhana, iman anak-anak! Percayalah bahwa Tuhan memiliki rencana yang
Dia coba
– dengan caraNya sendiri- untuk diungkapkan kepada
Anda. Percayalah bahwa Dia ingin anda menemukan lebih dari apa yang anda ingin temukan! Beristirahatlah
untuk itu... Ingat bahwa Dia tidak menghendaki kekacauan (1 Kor. 14:33), dan Dia tidak
menciptakan fatamorgana untuk menipu Anda. Menemukan kehendak Allah bagi
hidup Anda tidaklah sulit!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar